Pemimpin : Mahmoud Abbas, Mohammed Dahlan
Pendiri : Yasser Arafat
Didirikan 1954
Markas besar : Ramallah , Palestina Wilayah
Ideologi : Nasionalisme Palestina, Sekularisme, Sosialisme
Posisi Politik : Sayap kiri Internasional, afiliasi Sosialis Internasional (Observer)
Kekuatan :
Keamanan nasional : 30.000 orang
Keamanan pelayanan masyarakat : 30.000 orang
Intelijen : 5000 orang
Keamanan presiden : 4200 orang
Brigade Syuhada Al-Aqsha : beberapa ribu orang.
Website http://www.fateh.ps/
Merupakan partai terbesar di Palestina dan faksi terbesar dari organisasi pembebasan palestin (PLO).
Tujuan utama : dinyatakan dalam pasal 12 konstitusi resmi Fatah, yaitu : pembebasan sepenuhnya Palestina, dan pemberantasan ekonomi, politik, militer dan budaya zionis.
Namun tujuan mulia ini berubah setelah wafatnya Yaser Arafat. Dimana Fatah lebih condong mendukung langkah-langkah yang diambil zionis asalkan tercapainya perdamaian antara Palestin dan israel. Sehingga persenjataan dan logistik fatah pun sekarang di bantu oleh IDF( angkatan persenjataan israel).
Inilah salah satu penyebab timbulnya pertentangan dari Hamas yang masih berpegang kokoh pada tujuan awal yaitu : melenyapkan zionis dari bumi palestina dan menetapkan Syariat Islam sebagai hukum tunggal dan tetap menghargai perbedaan agama di bumi palestina.
2. HAMAS
Pendiri : Sheikh Ahmed Yassin
Kepala Biro
Politik : Khaled Mashaal
Wakil Kepala
Biro Politik : Mousa Abu Marzouq
Perdana
Menteri : Haniyah Ismail
Menteri Luar
Negeri : Mahmoud Zahar
Didirikan : 1987
Pendahulu : Palestina Ikhwanul Muslimin
Markas besar : Gaza, wilayah Palestina
Ideologi : Islamisme , fundamentalisme
Islam , nasionalisme Palestina ,
nasionalisme religius
Agama :
Islam Sunni
Kekuatan :
Izz ad-Din al-Qassan Brigade : 15.000
Eksekutif angkatan : 6.000
Pada akhir 2006 , Ismail Haniyeh ,
pemimpin politik Hamas, mengatakan bahwa jika negara
Palestina terbentuk dalam batas-batas wilayah kesepakatan 1967, Hamas bersedia untuk
menyatakan gencatan senjata yang bisa bertahan selama 20 tahun, dan
menyatakan bahwa Hamas tidak akan pernah mengganggu "pemerintahan penjajah zionis".
Dalam pertemuan April 2008 antara
pemimpin Hamas Khaled Meshal
dan mantan Presiden AS Jimmy
Carter, pemahaman dicapai di mana Hamas sepakat akan menghormati pembentukan negara Palestina dengan merelakan wilayah yang direbut oleh Israel pada tahun 1967 dalam peristiwa "Perang Enam Hari".
Hamas kemudian secara terbuka
menawarkan jangka panjang
gencatan senjata dengan Israel jika
Israel setuju untuk kembali ke perbatasan 1967 dan memberikan "hak kembali" untuk semua pengungsi Palestina.
Pada bulan
November 2008, pemimpin Hamas
Ismail Haniyeh kembali menyatakan
bahwa :
Hamas bersedia menerima
negara Palestina di dalam garis
gencatan senjata 1949 , dan menawarkan Israel suatu gencatan
senjata jangka panjang "jika Israel mengakui hak-hak nasional warga Palestina itu."
M. Khaimer Abusada , seorang ilmuwan politik di Universitas Al Azhar menulis bahwa :
"Hamas dari waktu ke waktu mereka akan cukup kuat untuk membebaskan semua Palestina bersejarah. "
Pada tanggal 1 Desember 2010,
Ismail Haniyeh mengatakan bahwa :
"Hamas akan menghormati hasil
(referendum) terlepas dari perbedaan ideologi dan prinsip-prinsip" dan bahwa
"Kami hanya menerima kesepakatan sebuah negara Palestina di perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem sebagai
ibukotanya, pembebasan tahanan Palestina, dan resolusi masalah pengungsi ".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar