Bagian tiga
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Tulisan ini diambil dari fan page “Yusuf Mansur Network” di facebook, yang diambil dari tulisan
wawancara Ustadz Ihsan Tandjung (bolejadikiamatsudahdekat.com)
Ketika Imam Mahdi sedang berkonsolidasi di
Damaskus (Suriah), waktu shalat Subuh tiba. Iqamat dikumandangkan, dan Imam
Mahdi hendak maju menjadi imam. Kemudian muncul tanda besar ke dua akan
terjadinya Kiamat, yaitu munculnya Isa ‘alaihissalam yang turun di Menara
Putih, masjid sebelah timur Damaskus.
Imam Mahdi kemudian meminta Nabi Isa ‘alaihissalam
untuk menjadi imam. Namun beliau menolak dengan berkata, “Demi Allah, inilah
kelebihan umat Muhammad, sebagian engkau menjadi pemimpin sebagian umat lain.
Engkau pemimpin umat ini, Imam Mahdi. Engkau yang memimpin shalat. Aku menjadi
makmum.”
Setelah shalat, mereka kemudian menuju
tempat bertemunya dua pasukan, yaitu pasukan Muslim yang dipimpin Imam Mahdi
dan Isa ‘alaihissalam, yang melawan pasukan Yahudi yang dipimpin Dajjal.
Di mana perang ini terjadi?
Persisnya saya tidak tahu, tetapi tempatnya
tidak jauh dari Baitul Maqdis. Menurut hadits, ketika Dajjal melihat Isa
‘alaihissalam dari kejauhan, ia akan “mengkerut” dan berusaha kabur. Dia akan
dikejar oleh Nabi Isa ‘alaihissalam sampai akhirnya dibunuh di pintu Lod, salah
satu pintu masuk ke Baitul Maqdis. Dajjal mati tertusuk tombak. Nabi Isa
‘alaihissalam lalu mengangkat tombak itu tinggi-tinggi supaya orang-orang yang
selama ini percaya pada Dajjal dan menganggapnya tuhan, menyadarai bahwa sikap
itu keliru.
Di mana pusat kekhalifahan nanti?
Pusatnya di Baitul Maqdis.
Setelah umur umat Islam berakhir, apa yang
terjadi kemudian?
Menurut hadits, setelah khilafah berdiri,
kemakmuran akan terjadi di mana-mana. Pada masa itu masih tetap ada orang kafir
sampai pada masa tertentu Allah mendatangkan tanda akhir zaman, yaitu hembusan
angin sepoi-sepoi dari arah Yaman (selatan). Itu terjadi setelah wafatnya Nabi
Isa ‘alaihissalam. Semua orang Islam, bahkan yang hanya punya keimanan sebiji
zarah, akan menghirup udara itu dan meninggal dengan damai. Dan berakhirlah
umur umat Islam.
Yang tertinggal di dunia tinggal umat yang
kafir. Terjadilah kekacauan dan kehancuran luar biasa karena tidak ada lagi amar ma’ruf nahi munkar. Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam menggambarkan, saat itu manusia tidak akan
malu-malu lagi bersenggama seperti keledai di jalanan. Mekkah dan Madinah
dihancurkan sehingga datanglah Hari Kiamat. Alhamdulillah, umat Islam tidak
akan mengalami fase penghancuran yang amat mengerikan itu.
Tidak banyak ulama atau ustadz yang
membicarakan tema akhir zaman. Ihsan Tandjung pun menyadari hal itu. Bahkan ia
kerap mendengar celoteh masyarakat yang mengungkapkan ketidaksukaan mereka
kepada muballigh yang bicara mengenai akhir zaman, surga, dan neraka. “Masyarakat
kita menganggap kehidupan akhir zaman itu sebagai hal yang tidak penting,” kata
Ihsan.
Meski begitu, Ihsan tetap percaya diri untuk
terus maju. Imam Mahdi, Dajjal, Armageddon, Kiamat, adalah kosakata yang kerap
meluncur dari bibirnya ketika ceramah. “Masyarakat harus terus diingatkan,”
ungkapnya.
Ihsan juga mengungkapkan agar umat Islam
waspada terhadap fitnah kaum Yahudi yang mengepung dari segala penjuru. “Dunia saat
ini memang sangat tidak ramah terhadap nilai-nilai keimanan,” ujarnya ketika
ceramah di sebuah instansi pemerintah di Jakarta.
Konflik kaum Muslim dan Yahudi memang sudah sunatullah. Ihsan menyebutnya sebagai sunnah at-tadafu’ al-insani (ketentuan
Ilahi berupa pergolakan antar manusia). “Konflik antara umat Islam dan Yahudi
adalah konflik hakiki,” kata penulis buku “Pertarungan Abadi” ini.
Mengapa tema akhir zaman kurang disukai
masyarakat? Hal ini tidak mengherankan, karena sudah diingatkan oleh Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam sejak dulu. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Dajjal tidak akan muncul sebelum umat manusia lupa
membicarakan Dajjal dan imam-imam di mimbar pun tidak menerangkan lagi tentang
Dajjal.”
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
juga sudah menganjurkan agar kita berdoa usai membaca tahiyat akhir tiap
shalat, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Isi doa itu adalah agar
kita terhindar dari fitnah jahanam, fitnah dunia, dan fitnah Dajjal. Namun sayangnya,
umat Islam sering mengabaikan hal ini.
Mengapa kita harus peduli pada masalah ini?
Huru-hara akhir zaman itu sudah sangat
dekat. Umat harus diingatkan. Kalau tidak, saya khawatir mereka tidak sanggup
mengantisipasi huru-hara atau munculnya Imam Mahdi. Misalnya, bila nanti Imam
Mahdi muncul, mereka tidak bergabung tetapi malah mencaci maki. Bisa saja media
memberitakan bahwa Imam Mahdi itu seorang teroris. Kalau kita ikut-ikutan, kan
bisa repot.
Selama ini, tema akhir zaman biasanya cuma
menjadi serpihan-serpihan lepas dari tema yang lain. padahal Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan adanya grand design dari Allah. Seharusnya umat berlomba-lomba untuk
menyesuaikan diri dengan grand design ini yang pasti akan tetap terjadi
terlepas kita setuju atau tidak.
Kita jangan hanya mengandalkan otak sendiri
dalam merancang perjuangan. Kekalahan umat Islam saat ini sudah sangat parah,
bagaimana kita bisa mengalahkan musuh? Kalau kita disuruh membuat pesawat F-16,
belum tentu dalam 100 tahun kita bisa. Tentu saja kita tidak boleh menjadi
fatalis. Kita harus berbuat semaksimal mungkin. Dan ada satu momentum yang harus
diantisipasi. Begitu momentum itu datang dan malah kita tolak, berarti kita
kehilangan peluang untuk menjemput kemenangan.
Ada sebagian orang berpendapat,
hadits-hadits tentang akhir zaman itu derajatnya tidak sampai mutawatir. Namun tanda-tanda
akhir zaman yang ditulis pada ulama sepertinya memang tidak pernah tidak
membahas tentang Imam Mahdi.
Apa yang seharusnya dilakukan para ulama
berkaitan dengan huru-hara akhir zaman ini? Mereka harus peduli dan banyak
membicarakan hal ini, dan harus menjadi sumber ilmu bagi kita. Anehnya, justru
orang yang menulis buku-buku akhir zaman berasal dari kalangan orang teknik. Misalnya
Amin Muhammad Jamaluddin adalah seorang insinyur.
Mengapa bukan para ulama yang menulis buku
seperti itu? Apakah ini sebuah pertanda jangan-jangan kelak ketika Imam Mahdi
datang, beberapa ulama akan menolak sebagaimana rahib-rahib Yahudi dan
pendeta-pendeta Nashrani menolak Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Dan sebaliknya,
umat Islam yang saat ini masih hidup dalam kemaksiatan tidak mustahil bisa
menjadi tentara-tentara yang bergabung dalam barisan Imam Mahdi. Beragama itu
bukan urusan ilmu semata, tapi juga amal.
Tambahan:
Allah subhaanahu wata’aala berfirman, “Tidak ada seorang pun di antara ahlul al-kitab yang tidak beriman
kepadanya (Isa) menjelang kematiannya.” [An-Nisaa’:159]
Imam Ahmad meriwayatkan, dari Yahya, dari Abu Arubah, dari Qatadah, dari
Abdurrahman bin Adam, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam, beliau bersabda:
“Para nabi itu laksana saudara seayah, agama mereka satu tapi umat mereka
berbeda-beda, dan aku adalah saudara paling dekat dengan Isa bin Maryam, karena
tidak ada nabi lain antara aku dan dia.
Bahkan ia akan turun kembali pada umatku. Oleh karena itu kenalilah dia
apabila kamu melihatnya. Ciri-cirinya adalah: ia memiliki postur tubuh yang
sedang, (warna) kulitnya bercampur antara merah dan putih, rambutnya tersisir
rapi seakan-akan ada butiran air yang turun dari kepalanya walaupun rambutnya
tidak terkena air, dan sedikitpun tidak membasahi pakaiannya.
Pada akhir zaman nanti ia akan turun dan menghancurkan salib-salib,
membunuh babi, menerapkan hukum jizyah
(semacam pajak yang diambil dari orang-orang kafir yang tinggal di pemerintahan
Islam), dan membatalkan agama-agama yang lain hingga tidak ada lagi agama
kecuali Islam.
Dan pada zaman itu Allah akan membinasakan Dajjal si pendusta. Keamanan
akan merata di seluruh muka Bumi, bahkan unta-unta dapat bermain di ladang
bersama singa, sapi dengan macan, kambing dengan serigala. Anak-anak kecil dan
remaja tidak takut bermain dengan ular, mereka tidak membahayakan satu sama
lain.
Isa akan hidup hingga waktu yang ditentukan oleh Allah. Kemudian dia akan
diwafatkan, dan kaum Musliminlah yang kemudian akan menshalatkan dan
menguburkannya.”
Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits ini dengan isnad yang
lain, dari Affan, dari Hammam, dari Qatadah, dari Abdurrahman, dari Abu Hurairah,
dengan matan yang hampir sama, hanya ada tambahan, “Ia akan hidup selama 40
tahun. Kemudian ia diwafatkan, dan kaum musliminlah yang kemudian akan
menshalatkan dan menguburkannya.”
Sumber tambahan:
buku Qashash
Al-Anbiyaa’, 2002, karya Ibnu Katsir
Terima kasih. Semoga bermanfaat.