Selasa, 20 Desember 2011

Sejarah Natal

Assalamu'alaikum wr wb…

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

25 Desember, yang juga dikenal sebagai hari Natal, dianggap, oleh kebanyakan orang, sebagai hari lahir Yesus, atau orang Islam menyebutnya Isa – Nabi Isa as binti Siti Maryam (atau Maria dalam Kristiani).

Kata “natal” berasal dari bahasa Latin yang berarti “lahir”. Dalam perkembangan katanya, Natal berarti upacara yang dilakukan umat Kristen untuk memperingati hari kelahiran Nabi Isa Al Masih – yang mereka sebut Tuhan Yesus Kristus.

Peringatan Natal baru dicetuskan antara 325-354 Masehi oleh Paus Liberius, yang ditetapkan pada 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati tiap 6 Januari, 18 Oktober, 28 April, atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, 25 Desember kemudian disahkan sebagai hari lahir Yesus, yang kemudian dikenal sebagai Christmas, atau Natal.


Kelahiran Yesus dalam Bibel

Kelahiran Yesus diberitakan dalam Injil Lukas 2:1:8 dan Injil Matius 2:1, 10, 11 (Injil Markus dan Yohanes tidak mengisahkan kelahiran Yesus).

Lukas 2:1-8:
Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.
Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Syria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.
Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazareth di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud -supaya didaftarkan bersama-sama Maria, tunangannya yang sedang mengandung.
Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.

Jadi menurut Bibel, Yesus lahir pada masa kekuasaan Kaisar Agustus yang saat itu sedang melaksanakan sensus penduduk (pada 7 M = 579 Romawi). Yusuf, tunangan Maryam (ibu Yesus), berasal dari Betlehem. Yesus lahir di Betlehem. Maria membungkusnya dengan kain lampin dan membaringkannya dalam palungan (tempat makanan sapi atau domba yang terbuat dari kayu). Peristiwa itu terjadi pada malam hari saat para gembala sedang menjaga ternak mereka di padang rumput.

Matius 2:1, 10, 11:
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodus, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka. Maka masuklah mereka ke rumah itu dan melihat anak itu bersama Maria, ibunya.

Kontradiksi terjadi. Menurut Injil Matius, Yesus lahir pada masa pemerintahan Herodus (kadang disebut Herodus Agung) yang memerintah pada 37 SM – 4 M (749 Romawi), ditandai dengan adanya bintang-bintang yang terlihat oleh orang-orang Majusi dari timur.

Cukup gamblang dan jelas pertentangan dua Injil tersebut mengenai kelahiran Yesus. Namun keduanya tidak mengindikasikan bahwa Yesus lahir pada 25 Desember, atau pada Desember. Adanya bintang-bintang gemerlapan di langit dan para gembala yang sedang menjaga ternak (yang kebanyakan domba) yang dilepas bebas di padang rumput menandakan kondisi musim panas sehingga para gembala berdiam di padang rumput bersama domba-domba mereka untuk menghindari terik Matahari di siang hari. 25 Desember adalah musim dingin. Pada Desember, suhu sangatlah rendah di Palestina sehingga tidak mustahil salju turun. Untuk apa menggembala domba pada kondisi yang kemungkinan besar akan bersalju???

Seorang Kristen, Dr. Arthus S. Peak, dalam ‘Commentary on the Bible’ – seperti dikutip Bible dalam Timbangan oleh Soleh A. Nahdi (hal 23): Yesus lahir dalam bulan Elul (bulan Yahudi), bersamaan dengan bulan Agustus-September.

Uskup Barns dalam “Rise of Christianity” – yang juga dikutip oleh Soleh A. Nahdi – menyatakan:
There is, moreover, no authority for the belief than December 25 was the actual birthday of Jesus. If we can give any credence to the bith-story of Luke, with the shepherds keeping watch by night in the fields near Bethlehem, the birth of Jesus did not take place in winter, when the night temperature is so law in the hill country of Judea that snow is not uncommon. After much argument our christmas day seems to have been accepted about A.D. 3000.
[Kepercayaan bahwa 25 Desember adalah hari lahir Yesus yang pasti tidak ada buktinya. Kalau kita mempercayai cerita Lukas tentang hari kelahiran tersebut, yang menyebutkan adanya gembala yang menjaga di padang pada malam hari di dekat Betlehem, maka hari lahir Yesus tentu tidak di musim dingin di saat suhu di negeri pengunungan Yudea amat rendah sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil turun. Setelah terjadi banyak pembantahan, tampaknya hari lahir tersebut diterima penetapannya kira-kira pada 200 Masehi.]


Tahun Berapa Yesus Lahir?

Umat Kristen beranggapan Yesus dilahirkan pada tahun 1, karena penanggalan Masehi yang dirancang oleh Dionysus dibuat dan disesuaikan dengan tahun kelahiran Yesus. Namun, Injil Lukas 2:1 menyatakan bahwa Yesus lahir pada masa pemerintahan Kaisar Agustus, pada 27 SM – 14 M. Sedangkan menurut Ijil Matius, Yesus dilahirkan pada masa Herodus Agung, 37 SM – 4 M.

Ketidakpastian tentang kelahiran Yesus tersebut membuat ilmuwan-ilmuwan mereka ada yang menyatakan Yesus lahir pada 8 SM, 6 SM, dan 4 M. Dalam buku “The Lost Years of Jesus Revealed” hal. 119, karya Dr. Charles Franciss Petter, menyatakan:
“In the nineteenth century, when it became evident and was finally admitted that Herod died in the year 4 B.C. and it was recalled that, according to story in Matthew’s Gospel (2:16), King Herod, in order to eliminate little Jesus as a possible “King of the Jews”, had ordered all infants of two years old and under to be killed, the birth-date of Jesus 0bviously had to be moved back to 4 B at least. Today, scholars prefer 5 to 6 B as the date best accomodating the inconsistent and even contradictory traditions, legends, and gospels, although some historians push the date back to 8 and 10 B.C. The problem of the correct dating of Jesus’ birth, life, and death has now been raised again (due to several statements in these Essence Scrolls) along with the related question on the deity.”
[Pada abad ke-19 setelah terbukti dan akhirnya diakui bahwa Herodes mati pada 4 SM, dan setelah ditetapkan, bahwa menurut cerita Matius (2:16), Raja Herodes memerintahkan untuk membunuh anak-anak umur/di bawah umur dua tahun untuk membinasakan Yesus yang masih bayi yang ditakuti akan menjadi “Raja Kaum Yahudi”, maka jelaslah tanggal lahir Yesus harus digeser ke belakang, paling jauh ke 4 SM. Sekarang, para ilmuwan cenderung menggeser tanggal lahir Yesus hingga 5-6 SM, dan bahkan bertentangan dengan tradisi, legenda, Injil, meski para sejarawan menggesernya ke 8-10 SM. Kesulitan menentukan tanggal kelahiran, kehidupan dan kematian Yesus dimunculkan kembali karena adanya keterangan-keterangan yang banyak terdapat dalam gulungan-gulungan Essene (yang terdapat di gua Qamran).]

Sampai sekarangpun, belum ada kejelasan tahun berapa Yesus dilahirkan.


Asal Usul Perayaan Natal 25 Desember

Perintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Bibel dan Yesus tidak pernah memberikan contoh ataupun memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan kelahirannya.

Perayaan Natal baru masuk ajaran Kristen Katholik pada abad 4 M. Dan peringatan inipun berasal dari upacara adat masyarakat pagan (penyembah berhala). Pada abad 1-4 M, Eropa dan sekitarnya masih dikuasai Imperium Romawi paganis politheisme (memuja banyak dewa).

Ketika Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut Katholik, mereka tidak mampu meninggalkan adat/budaya pagannya, apalagi pesta rakyat untuk memperingati Sunday (sun = matahari; day = hari), yaitu kelahiran Dewa Matahari pada 25 Desember.

Supaya agama Katholik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi, diadakanlah sinkretisme (perpaduan agama-budaya/penyembahan berhala), dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan = Yesus).

Pada konsili tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Hal lain yang diputuskan adalah:
- Hari Minggu (Sunday = hari matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang menurut hitungan jatuh pada Sabtu.
- Lambang Dewa Matahari, yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen.
- Membuat patung-patung Yesus, untuk menggantikan patung Dewa Matahari.

Sesudah Kaisar Konstantin memeluk Katholik pada abad 4 Masehi, rakyatnya pun beramai-ramai memeluk Katholik. Inilah prestasi gemilang hasil proses sinkretisme Kristen oleh Kaisar Konstantin dengan agama paganisme politheisme nenek moyang.

Seperti itulah asal usul Christmas atau Natal yang dilestarikan oleh orang-orang Kristen di seluruh dunia sampai sekarang.

Bagi yang masih penasaran, mungkin akan bertanya: Darimana bangsa Romawi mendapat ajaran paganis politheisme dan Dewa Matahari yang dilahirkan pada 25 Desember?

Raja penentang Nabi Ibrahim as (Abraham dalam Kristiani), adalah Namrud (atau Nimrod), raja Babylonia kuno. Hal ini juga terdapat dalam Bibel.

H.W. Armstrong dalam bukunya “The Plain Truth About Christmas, Worldwide Church of God” tahun 1994, menjelaskan:
[Namrud adalah cucu Ham. Anak nabi Nuh adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babylonia kuno. Nama “nimrod” dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kota “Marad” yang artinya: “Dia membangkang atau murtad”, yaitu dengan keberaniannya mengawini ibu kandungnya sendiri bernama “Semiramis”.
Namun usia Namrud tidak sepanjang ibu yang sekaligus istrinya itu. Maka setelah Namrud mati, Semiramis menyebarkan ajaran, bahwa roh Namrud tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Maka dibuatlah olehnya perumpamaan pohon “Evergreen” yang tumbuh dari sebatang kayu mati.]

Untuk memperingati kelahirannya, dinyatakan bahwa Namrud selalu hadir di pohon Evergreen dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu. Sedangkan kelahiran Namrud dinyatakan pada 25 Desember. Inilah asal-usul pohon Natal.
Lebih lanjut Semiramis dianggap sebagai “Ratu Langit” oleh rakyat Babylonia, kemudian Namrud dipuja sebagai “anak suci dari surga”.

Perputaran zaman menyatakan bahwa penyembah berhala versi Babylonia ini berubah menjadi “Messiah palsu”, berupa Dewa Baal, anak Dewa Matahari dengan obyek penyembahan “Ibu dan Anak” (Semiramis dan Namrud) yang lahir kembali. Ajaran tersebut menjalar ke negara lain, seperti:
Di Mesir berupa “Isis dan Osiris”, di Asia bernama “Cybele dan Deoius”, di Roma disebut “Fortuna dan Jupiter”, “Kwan Im” di China, di Meksiko juga ditemukan adat pemujaan terhadap dewa “Madonna” dan lain-lain.

Dewa-dewa lain yang dimitoskan lahir pada 25 Desember, dilahirkan oleh gadis perawan (tanpa bapak), mengalami kematian (salib) dan dipercaya sebagai Juru Selamat (Penebus Dosa), antara lain:
1. Dewa Mithras (Mitra) di Iran, yang juga diyakini dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 murid. Dia juga disebut Sang Penyelamat, karena ia pun mengalami kematian, dan dikuburkan, tapi bangkit kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga Eropa. Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekaligus penganut kepercayaan ini.
2. Apollo, yang terkenal memiliki 12 jasa dan menguasai 12 bintang/planet.
3. Hercules yang terkenal sebagai pahlawan perang tak tertandingi.
4. Baal yang disembah orang-orang Israel adalah dewa penduduk asli tanah Kan’an yang terkenal juga sebagai dewa kesuburan.
5. Dewa Ra, sembahan orang-orang Mesir Kuno; kepercayaan ini menyebar hingga Romawi dan diperingati secara besar-besar dan dijadikan sebagai pesta rakyat.

Demikian juga Serapsis, Attis, Isis, Horus,Adonis, Bacchus, Krisna, Osiris, Syamas, Kybele dan lain-lain. Selain itu ada juga tokoh/pahlawan pada suatu bangsa yang oleh mereka diyakini dilahirkan oleh perawan, antara lain Zrates (Bangsa Persia) dan Fo Hi (Bangsa Cina). Demikian pula pahlawan-pahlawan Helenisme: Agis, Celomenes, Eunus, Solulus, Aristonicus, Tibarius, Grocesus, Yupiter, Minersa, Easter.

Jadi, konsep bahwa Tuhan itu dilahirkan seorang perawan pada 25 Desember, disalib/dibunuh kemudian dibangkitkan, sudah ada sejak zaman dahulu kala. Konsep/dogma agama bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi, dengan sangat mudahnya diterima oleh kalangan masyarakat Romawi karena mereka telah memiliki konsep itu sebelumnya. Mereka tinggal mengubah nama-nama dewa menjadi Yesus. Maka dengan jujur Paulus mengakui bahwa dogma-dogma tersebut hanyalah kebohongan yang sengaja dibuatnya.

Paulus berkata kepada jemaat di Roma:
Tetapi jika kebesaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliannya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa ? (Roma 3:7).

Mengenai kemungkinan terjadinya pendustaan itu, Yesus telah mensinyalir lewat pesannya:
[Jawab Yesus kepada mereka: Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang?. (Matius 24:4-5).]


Pandangan Bibel Tentang Upacara Natal

Untuk mengetahui pandangan Bibel tentang perayaan Natal yang diwarisi dari tradisi paganisme, kita telaah Yeremia 10:2-4:
“Beginilah firman Tuhan: “Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak, orang memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan goyang.”

Demikianlah pandangan Bibel tentang upacara Natal, yaitu melarang orang Kristen mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa penyembah berhala.

Selanjutnya, Yeremia 10:5:
“Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun. Tidak dapat berbicara, orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik pun dia tidak dapat.”

Sumber-sumber Kristen yang Menolak Natal
1. Catholic Encyclopedia, edisi tahun 1911 tentang Christmas:
“Natal bukanlah upacara gereja yang pertama… melainkan ia diyakini berasal dari Mesir, perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.”
Dalam buku yang sama, tentang “Natal Day” dinyatakan sebagai berikut:
“Di dalam kitab suci tidak ada seorangpun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Fir’aun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.”

2. Encyclopedia Britanica, edisi tahun 1946 menyatakan:
“Natal bukanlah upacara gereja abad pertama, Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bibel juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambi oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.”

3. Encyclopedia Americana, edisi tahun 1944, menyatakan:
“Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut”. (Perjamuan Suci, yang termaktub dalam kitab Perjanjian Baru hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus) … Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad 4 M. Pada abad 5 M, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari “Kelahiran Dewa Matahari”. Sebab tidak seorangpun mengetahui hari kelahiran Yesus.”

Note:
Jika kita menerima keterangan Injil Lukas, maka Yesus dilahirkan pada tahun 2 SM. Hal ini didasarkan pada keterangan Injil Lukas yang menempatkan pembaptisan Yesus pada tahun ke-15 pemerintahan Kaisar Roma Tiberius, dan saat Pontius Pilatus menjadi pejabat gubernur Yudaea (Lukas 3:1). Kaisar Tiberius menggantikan Kaisar Agustus pada tahun 14 Masehi. Maka Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis pada tahun 29 M, yakni ketika Yesus berumur kira-kira 30 tahun (Lukas 3:23). Ini berarti, Yesus dilahirkan pada tahun 2 SM.


PS:
Berhati-hatilah menggunakan kalimat “Tuhan memberkatimu” dalam bahasa Inggris.
Dalam bahasa Inggris, terkenal klausa “God bless you”, atau yang kadang disingkat GBU. Secara grammar, kalimat “God bless you” salah, bahkan sangat salah. Namun, hal tersebut ternyata merupakan pengecualian dalam bahasa Inggris.
Mengapa salah???
Dalam grammar bahasa Inggris, terdapat salah satu Tenses yang disebut Simple Present Tense. Perhatikan:
I go.
You go.
They go.
We go.
She goes.
He goes.
Cat goes.

Dalam Simple Present, bila subjeknya tunggal, maka kata kerjanya (verba) harus ditambahkan akhiran -s, atau -es.
Sehingga, God bless you, seharusnya God blesses you. Kecuali bila “god”nya banyak, menjadi Gods bless you.

Pertanyaannya, mengapa “God bless you”? Bukan “God blesses you”? Padahal sangat gamblang “god”nya hanya satu.
Ini hanya analisis saya, mungkin benar atau salah. Bahasa Inggris adalah bahasa Eropa, yang hampir semua orangnya beragama Kristen. Dalam Kristen, dikenal konsep Trinitas, yaitu “satu adalah tiga, tiga adalah satu” (saya juga bingung dengan konsep ini). Sehingga, “God” dalam “God bless you”, meskipun “god”nya hanya satu, mungkin tidak benar-benar satu, tetapi “God” dalam konsep trinitas (tri-tunggal), yang satu itu tiga, yang tiga itu satu (???). Itu menurut pemikiran saya.
Saya sendiri selalu menggunakan “Allah blesses you” (kata “allah” dibaca dalam bahasa Arab, bukan bahasa Indonesia atau Inggris).


Semoga bermanfaat. Bila berkenan, mohon diamalkan. Terima kasih…

Wassalamu’alaikum wr wb…



Artikel Terkait:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar