Rabu, 12 Januari 2011

Jiwa besar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu,,
ini adalah sedikit cerita yang kiranya dapat kita simak untuk mengambil hikmahnya,, Seorang anak mendatangi Ayahnya dan bertanya, bagaimana Ayahnya bisa bersikap tenang dan selalu tersenyum padahal begitu banyak orang yang sering membuatnya kecewa.

Sang Ayah pun tersenyum dan menunjukkan sebuah batu seukuran kepalan tangan. “Kantongi sebuah batu sebesar ini setiap kali kamu bertemu dengan orang yang mengecewakanmu. Kembali lagi ke Ayah dalam beberapa hari” pinta sang Ayah.

Kemudian, baru setengah hari si anak berjalan ia sudah mengantongi beberapa batu. Satu hari terlalui, semakin banyak batu yang membebani anak tersebut dan memberatkan langkahnya. Dengan tertatih ia mendatangi Ayahnya dan berkata, “berat sekali Ayah, saya tak sanggup melakukannya. Ini pun baru satu hari, bagaimana dengan esok dan hari-hari selanjutnya?”

Lagi-lagi Ayahnya tersenyum dan membasuh peluh di kening anaknya. “Begitulah yang kita rasakan jika setiap hari harus menanam sakit hati, iri, dengki, dan berbagai perasaan menderita lainnya di dalam hati. Berat nak, berat rasanya. Apalagi jika harus terus menerus membawa beban berat itu sepanjang hidup kita…”

Kini, giliran sang anak yang tersenyum. Tentu setelah ia membuang semua batu yang seharian membebani pundaknya. Sahabat, tindakan yang paling konyol dan menyakiti diri sendiri adalah ketika kita MENGANTONGI kekecewaan, kebencian, amarah pada orang lain..

Hati-hati itu akan makin membebani hidup kita
Ada orang yang betah bertahun-tahun bermusuhan, ada lagi yang mengaku sulit memaafkan orang yang telah pernah menyakitinya. Selain itu, ada orang-orang yang tak pernah dalam sehari tak iri, tak dengki terhadap tetangga, sahabat, atau bahkan saudaranya sendiri.

Sulitkah memaafkan? bukankah hidup akan lebih ringan hanya jika tak banyak yang membebani ruang jiwa ini? buanglah batu-batu itu dalam hatimu.. maka hidupmu akan menjadi lebih nyaman .



Artikel Terkait:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar